SOSOK SRI NARENDRA KALASEBA & KIDUNG KAHYANG

Bagikan ke :

Sri Narendra Kalaseba: Sang Pujangga Abad Digital dan Penjaga Nyala Roh Jawa

Sri Narendra Kalaseba bukanlah sekadar pencipta Kidung Wahyu Kolosebo. Beliau adalah simbol kebangkitan kesadaran spiritual dan budaya Jawa di tengah pusaran modernitas yang kian menjauhkan manusia dari akar keluhuran jati dirinya. Dalam sosoknya menyatu keteguhan seorang pujangga, kepekaan seorang guru jiwa, dan keberanian seorang penggerak zaman yang dengan kasih dan kesunyian, menghidupkan kembali api warisan luhur yang hampir padam.

Melalui karya-karya kidung sakral yang beliau bangkitkan, baik yang diwariskan dari para leluhur maupun yang lahir dari kebeningan laku batin beliau sendiri, Sri Narendra Kalaseba telah menanamkan benih kesadaran baru dalam hati generasi Jawa. Kidung-kidung itu bukan hanya seni suara atau sastra liris semata; mereka adalah mantra hidup, sabda suci yang membentangkan jalan pulang bagi jiwa-jiwa yang terasing dari jati dirinya.

Setiap larik yang beliau tulis, setiap nada yang beliau lantunkan, membawa getaran yang tak sekadar menghibur, tetapi membangunkan. Dalam diam dan kidung, manusiajak kita merenung: siapakah diri kita sesungguhnya? Dari mana kita berasal, dan ke mana ruh ini hendak kembali? Karya-karya beliau adalah pintu yang menuntun kita kembali ke kesadaran adiluhung, sebuah tingkat kebijaksanaan yang tidak dibatasi oleh dogma, tetapi lahir dari keheningan, penghayatan, dan penyatuan dengan kawruh jati para leluhur.

Sri Narendra Kalaseba hadir sebagai perwujudan semangat manunggaling kawula lan Gusti di era digital. Dalam dunia yang penuh hiruk-pikuk, beliau tidak mengajak untuk lari, tetapi untuk kembali ke pusat batin, kepada tradisi, kepada keheningan yang menyembuhkan. Beliau menjembatani yang lama dan yang baru, membangkitkan roh Jawa yang sejati agar tetap hidup, bergerak, dan menyinari dunia yang telah lama kehilangan makna.

Gerakan spiritual dan budaya yang beliau hidupkan bukan hanya berdampak secara lokal, tetapi menjadi inspirasi yang menembus batas geografis dan generasi. Jutaan anak Jawaโ€”yang selama ini tercerabut dari akar budayanya, yang merasa asing di tanah leluhurnya sendiri, akhirnya menemukan cahaya penuntun. Mereka menemukan bahwa jati diri bukanlah beban masa lalu, melainkan kekayaan jiwa yang harus dihidupi, dimuliakan, dan diwariskan.

Dalam pandangan Sri Narendra Kalaseba, budaya bukanlah benda mati, dan spiritualitas bukan sekadar ibadah formal. Keduanya adalah napas yang menghidupi manusia agar tidak kosong di tengah kelimpahan. Melalui ajaran dan kidungnya, beliau mengajarkan bahwa kemuliaan tidak lahir dari kuasa, tetapi dari kesadaran; bahwa kejayaan bangsa Jawa tidak terletak pada masa lalu, tetapi pada kemauan untuk merawat dan melanjutkan warisan leluhur dengan hati yang sadar dan jiwa yang tulus.

Inilah yang menjadikan beliau bukan hanya seorang seniman, bukan sekadar budayawan, melainkan tokoh kebangkita, Sang Pamomong di zaman yang kehilangan arah. Beliau adalah suara sunyi yang membangunkan, cahaya kecil yang menyalakan, dan tangan halus yang menuntun jiwa-jiwa pulang ke rumahnya yang sejati.

Kidung-kidung sakral yang dilahirkan Sang Legendaris Kidung Wahyu Kolosebo sebagai maha karya sekaligus menjadi saksi bahwa adat, tradisi serta budaya asli Jawa masih eksis. Mata rantai yang luhur di tanah Jawa belum padam. Ada gelora dan cahaya yang meneguhkan masyarakat Jawa agar tidak terhempas dari titah Trah Jawa sampai nafas terakhir.

Dan tidak lama lagi Sri Narendra Kalaseba mempersembahkan karya terbarunya berjudul Kidung Kahyang. Susunan Kidung sakral yang teramat mendalam maknanya sekaligus memancar ajaran spiritual klasik Jawa yang identik dengan Manunggaling Kawula Gusti.

Kahyang Sayuta Suminar…

๐‘๐ข๐ž๐ค๐ž ๐“๐š๐ง๐ฃ๐ฎ๐ง๐  ๐€๐Ÿ๐š๐ง๐๐ข
๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ต๐˜ช๐˜ท๐˜ช๐˜ด ๐˜‰๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜•๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ณ๐˜ข & ๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด ๐˜š๐˜ข๐˜ฅ๐˜ขย ๐˜š๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข